Hanya Burung berkicau

Minggu, 30 September 2012

MEWINTEN


Dibali dikenal istilah Mawinten [Bahasa Kawi] bersinar-sinar bagaikan intan permata, bening  seperti kaca atau air yang mampu mengendapkan segala lumpur. Kesucian itu diibaratkan bagaikan Intan permata yang bening.

Bathin bening, bathin hening tanpa kontaminasi. yang namanya bening, hening tentu saja  bukan dengan kekotoran bathin. Disana terkandung ketulusan hati; suatu kesuka-kerelaan. Kerelaan atau ketulusan itu membawa kepekaan dan gairah hidup yang tinggi, yang mewujud sebagai tindakan. Tindakan pelayanan [pelayan umat], teladan umat, bathin yang bening jauh dari pertimbangan-pertimbangan untung-rugi.

Seorang yang "Mawa-Intan; Mewinten" seorang yang telah tertib, penuh kebajikan (righteousness), penuh kerendahan hati, welas asih — bukan tujuan kehormatan, rasa ingin dihargai [disinggihkan], disucikan. Lohh.. kok bisa tak mau dihargai? bukankah itu sebuah keharusan bagi kita menghormati mereka? Lalu...

Persoalan harga diri, kehormatan dst merupakan simbol kemelekatan secara utuh dan itu bukanlah pertanda keheningan, kebeningan bathin. Bukankah kehormatan, diHargai dan dicontoh dimasyarakat merupakan buah yang manis dari Pohon besar Pelayanan [ngayah], di pupuk dengan sikap Kebijaksanaan, disiram dengan sikap Welas asih ?



 SEKADAR CELOTEH
*Belahmanukan-Bali, 30 September 2012

free counters