Hanya Burung berkicau

Jumat, 23 Maret 2012

NYEPI


Kedepan di era semakin modern, Mungkin Umat Hindu Bali memerlukan Semacam "Pecalang Cyber" untuk mengantisipasi lalu-lalang "lelungaan" Manusia-manusia seperti saya di dunia maya (khususnya Jejaring sosial). Jalan-jalan Desa/Kota boleh sepi seperti kota mati. Lantas kemana semua orang ? ternyata banyak yang berlibur kedunia maya. Tempat ini tetap ramai. (Termasuk saya) ketika membuat tulisan ini tepat ketika hari raya nyepi "Sipeng" :)



Ya. Sesungguhnya Nyepi yang kita saksikan seperti "Dunia mati" itu adalah Ritual. Nyepi merupakan gambaran kondisi bhatin (kosong) bukan memaksakan keadaan menjadi sepi atau malah berpura-pura sepi . Dalam Nyepi yang sesungguhnya adalah "meniadakan diri" sama sekali dari kesibukan pikiran. Sedangkan Ritual Sifatnya fisikal hanya wajah dari kehidupan. Buaian Indah Ritual berpotensi memabukkan siapapun oleh karena itu sering membuat kita lupa akan diri dan cendrung terpancing untuk "menoleh" keluar (semarak dan kemeriahan termasuk berdiam diri didalam rumah seharian) dengan demikian didalam diri tak lagi ada istilah "suwung". Keadaan batin yang mengandung ketulusan hati; suatu kerelaan dalam mengamati apa pun yang melintasi kesadaran kita. Kerelaan atau ketulusan itu membawa kepekaan dan gairah hidup yang tinggi, yang menjelma sebagai tindakan (Ritual). Namun kita harus bersyukur bahwa leluhur kita telah merangcang nyepi sebagai sebuah Ritual yang sarat dengan pesan Spiritual. Sepi, hening, yang berarti peniadaan total dari semua (teramasuk meceki untuk mengusir kebosanan). Inilah yang kemudian melahirkan konsep Catur Brata Penyepian.




free counters