Hanya Burung berkicau

Kamis, 01 Maret 2012

EKALAWYA GOLONGAN NISHADA






Pada suatu hari datanglah kepada Maharsi Drona seorang laki-laki yang berkulit hitam. Dia datang mendekati sang guru saat tak ada seorang pun disekitarnya. Dia berlutut dikaki Brahmana besar itu. Katanya, “ Guru, aku datang kepadamu untuk belajar ilmu memanah kepadamu. Terimalah aku menjadi muridmu!”


Drona menyukai tingkah laku anak muda tersebut. Dan bertanya dengan sangat ramah pula, Siapakah engkau anak muda ? ”
Anak itu menjawab,” aku adalah Ekalawya, putra Hiranyadanus, Raja golongan Nisadha.”
Drona tidak mengambil anak muda itu menjadi muridnya dan berkata dengan lembut, “ Anakku sayang aku tak dapat mengambilmu sebagai muridku.”

Karena kecewa pemuda nisadha itu kembali ke tengah hutan dari mana ia datang. Dia tidak menanggung perasaan buruk kepada drona. Justru ia merasa tertantang untuk lebih bersemangat dalam belajar seni memanah. Setibanya ditengah hutan dia membuat patung Maharsi Drona dengan tangannya sendiri dengan menggunakan tanah liat. Dia menyebut patung itu sebagai simbol dari gurunya dan mulailah ia belajar sendiri. Mulai dari memainkan busur panah hingga bagaimana kehidupan seorang ksatria hebat seperti arjuna selain itu ia juga belajar bagaimana kehidupan ditengah hutan mengajarinya dengan keras untuk bertahan hidup dan menhadapi binatang buas. Dengan kesungguhannya, ia mampu belajar dengan cepat. Semua pikiran-pikiran sadar dan tidak sadarnya ditarik kearah satu keinginan ini dan semua yang dilakukan adalah gema dari suara keinginan ini. Kecintaan Ekalawya kepada pelajaran memanah dan persenjataan serta bhakti yang tulus kepada sang Gurulah yang mengantarkan ekalawya menguasai ilmu panah dengan cepat. Dalam hati eklawya berkata, “ Guru tak mengambilku sebagai murid bukan karena tak mau tetapi karena tak bisa”.  Segeralah ia menguasai seni ilmu memanah itu.

Pada suatu hari pangeran-pangeran kerajaan Kuru dan Pandawa pergi berburu ke tengah hutan dengan membawa seekor anjing buruan. Ternyata mereka berburu ke hutan tempat eklawya menetap dan belajar. Ekalawya mengenakan pakaian dari kulit harimau dan juga mampu belajar layaknya seekor harimau.
Tanpa sengaja, sambil mengendus-endus anjing pemburu bangsawan kuru itu sampai kepondokan ekalawya ditengah hutan, karena Baunya yang asing dan gaya Ekalawya seperti layaknya seekor harimau anjing pemburu itupun menggonggong tak henti-hentinya. Hal ini membuat ekalawya habis batas kesabarannya. Dengan segera Ekalawya memanah mulut anjing itu dengan banyak anak panah tanpa melukai anjing itu. Anjing bangsawan kuru itu tak lagi bisa menggonggong. Seketika anjing itu kembali ke tuannya dan hal itu membuat para Kstria itu heran dan kagum. “ Yang dapat melakukan ini tentulah pemanah hebat, sehebat arjuna “ kata salah seorang diantara mereka. Para kesatria kuru itu segera menemui ekalawya dan bertanya .
“ Aku Ekalawya, putra Hiranyadanus raja suku bangsa Nisadha. Aku belajar memanah dari guruku Maharsi Dorna”  sambil Ekalwya menceritakan semuanya, Arjuna tampak tidak begitu senang mengingat dengan adanya ekalawya, ini berarti Arjuna bukanlah satu-satunya pemanah hebat. Sehingga dengan buru-buru Arjuna menghadap guru Drona dan protes atas kenyataan ini. 

Guru Drona akhirnya menyadari dan mengambil tindakan . segera ia menemui Ekalawya setelah itu, sebagai Guru Drona meminta Ekalawya mempersembahkan Ibu jarinya kepada sang Guru. Dengan penuh Bhakti dan Hormat kepada Sang Guru, Ekalawya mempersembahkan Potongan Ibu jarinya kepada sang guru. Sehingga hilanglah kemampuan memanah Ekalawya.



Sumber : Adi Parwa
free counters