Dalam uraian berikut, saya akan banyak menggunakan kata "Hindu" atau lebih tepatnya Agama Hindu. Tetapi Bukan agama seperti pada umumnya sebagai sebuah "Lembaga Agama" melainkan Agama yang saya maksud adalah : Ageman, Jalan, Metode dan Hindu disini, merupakan Ajaran Kebijaksanaan "Vedic" bukan sebuah "baju" Agama atau identitas melainkan berfokus pada nilai-nilai. Seperti halnya mengupas buah jeruk, saya tak akan mengajak siapapun untuk membeli jeruk "saya bukan pedagang jeruk" melainkan semata-mata hanya merasakan bahwa ada rasa manis dalam buah jeruk itu.
UPANISHAD
Upanishad berarti 'duduk di dekat' [guru]. Guru menjelaskan kepada siswa-siswanya dan siswa-siswa yang duduk di kaki guru mereka. Upanishad pada dasarnya memberikan gambaran kepada kita tentang keselamatan oleh pengetahuan dan realisasi, bukan oleh iman yang bekerja. Egoisme dan ikatan keinginan merupakan hambatan untuk para pencari Kebenaran (Brahman). Pencarian Ketuhanan yang benar akan mencapai keselamatan. mereka yang menyadari Kebenaran bahwa Brahman meresapi segala yang ada, semua adalah wujud Brahman.
Mahavakyas yang menyatakan hal tersebut dari Upanishad yang memberikan wawasan dasar menjadi filsafat. Mereka adalah sebagai berikut dengan analisis singkat dari masing-masing:
Aham Brahmasmi "Aku Brahman ': pengetahuan Veda mengajarkan bahwa' Diri 'kita sendiri adalah perwujudan kebenaran. Kebenaran ada di dalam kita, itulah sejatinya realitas kita. Ini merupakan perwujudan dari kesadaran yang paling dalam dari individu dengan sang Ilahi (Realitas tertinggi).
Ayam Atma Brahma 'Diri adalah Brahman': ini berarti bahwa jiwa individu adalah perwujudan Tuhan (atman) sebagai Kebenaran Mutlak.
Tat Tvam Asi 'Aku adalah engkau': Apapun yang kita lihat atau pikirkan, sesungguhnya itulah kita. Aku adalah Engkau dan Aku terrepleksi didalam semua. Kita tak berbeda dengan mahluk lain, semua harus tunduk pada hukum kehidupan. Aku menyakitimu maka aku sedang menyakiti identitasku sendiri sebagai mahluk Ilahi, aku sedang mengoyak kemanusiaanku, moralitasku, cinta kasihku semuanya. Maka dari itu semuanya dari kita adalah memiliki kedudukan yang sama, nilai yang sama, peran yang sama. itulah prinsip keadilan Tuhan, itulah cinta Tuhan.
Prajnanam Brahma "Pengetahuan adalah Brahman ': kecerdasan Agung hadir inheren dalam diri kita dan akan mengantarkan kita ketika kembali kepada Tuhan. Pengertian kita tentang kebenaran adalah kebenaran itu sendiri.
Sarvam Kalvidam Brahma' Seluruh alam semesta adalah [perwujudan] Brahman': Bukan hanya kesadaran di dalam dirimu dan saya saja, tetapi juga 'prinsip menjadi' semua Ilahi. Seluruh alam semesta adalah Tuhan, yang meliputi diri kita. inilah spiritualitas tertinggi.
So'ham 'Inilah aku': ini menunjukkan perwujudan di Diri kita dalam sesuatu yang terjadi secara alamiah. seperti bernafas. "So 'adalah Nafas dan' Ham 'adalah suara alam pernafasan.
Semua hal yang dijelaskan diatas, menggabungkan diri kita ke dalam dan berasal dari kata 'Om (Aum)' atau kata Ilahi 'Saya adalah Semua'. Semua menunjukkan fakta bahwa apa pun atau bagaimanapun kita beribadah, baik itu foto, buku, ide atau bahkan Tuhan, itu adalah pengetahuan bahwa kebenaran ada di dalam diri kita yang pada akhirnya akan mengarah pada realisasi-diri [kebenaran itu sendiri]. Diri adalah Perwujudan kebenaran. Ini adalah inti dari Upanishad.
BHAGAVAD GITA
Gita adalah ekspresi tertinggi dari Filsafat Hindu. Gita mengajarkan bagaimana gambaran-gambaran tingkah laku manusia pada kita, kisah peperangan antara Pandawa dan Korawa [kebaikan dengan kejahatan]. Arjuna adalah pahlawan Pandawa yang menghadapi tentara Korawa di medan perang dari Kuruksetra. Lawan Arjuna bukanlah musuh yang ia tidak kenal melainkan teman-teman dan kerabatnya sendiri.
Arjuna dihinggapi keputus-asaan dan keraguan. Dia meletakkan busur dan menyatakan bahwa ia tidak akan mampu melawan apalagi harus membunuh saudara-saudaranya yang jahat.
Dewa Wisnu [Manifestasi Tuhan], menjelma menjadi kusir "Krishna", menjelaskan bahwa Arjuna harus melakukan tugas dan kewajibannya (Dharma) tanpa ragu dan harus melakukan pertempuran. Jiwa manusia, yang merupakan bagian dari jiwa universal, adalah abadi - oleh karena itu tidak ada yang benar-benar terbunuh. Jika orang melakukan tugas-tugas sesuai dengan Swadharmanya, tanpa mementingkan keinginan akan keberhasilan atau ketakutan akan kegagalan.
Epik Mahabaratha memberikan filosofi mendasar akan pilihan-pilhan hidup yang sulit dan pengambilan keputusan. Inti dari karma yoga adalah pengorbanan diri melalui tindakan nyata. segala tindakan [karma] dilakukan sebagai perwujudan bhakti kepada Tuhan dan ini membentuk dasar Karma yoga.
Bhagavad-Gita mengajarkan sebab-akibat dan efek dari karma dan bagaimana menjalaninya. Hal ini juga mengajarkan bahwa manusia memiliki kehendak bebas yang memungkinkan dia untuk membuat pilihan cerdas, yang pada gilirannya dapat mengubah buah karmanya. Tujuan akhir dari setiap manusia adalah untuk mengurangi karma buruk yang mungkin akan mempengaruhi kehidupannya dalam perjalanan sang jiwa selanjutnya. Tetapi, sekali lagi tak dibenarkan untuk mengikat diri kita kepada Tujuan pribadi, [keuntungan pribadi]. Berbuat kebenaran dan kebajikan tidak untuk mendapatkan pahala [hasil] melainkan hanya untuk kebaikan itu sendiri. manusia tak berhak menentukan Pahala [hasil] perbuatannya.
Sejatinya manusia adalah mahluk kebaikan [spiritual] dan sudah selayaknya hidup dalam kebaikan pula. Makna yajna adalah melayani, berkorban tanpa pamrih. memberi hanya untuk memberi saja, bukan mengharapkan "hadiah" swarga [Pahala baik, suka] atau mencegah Neraka [Pahala buruk, Duka]. Hukum kehidupan telah banyak menjelaskan bahwa suka selalu hadir bersama duka dalam diri manusia dengan kata lain suka itu tidaklah kekal.
Tuhan adalah sumber cahaya kesucian bagaikan Matahari tanpa pilih kasih, tanpa keraguan, tanpa kecemburuan. kita sering berbicara tentang kesadaran, pencerahan, hening, kejernihan atau apapun istilahnya. semuanya bermakna "Terang" [ ...dam Tuhan sumber Terang ]. Dalam terang akan mudah melihat apapun, dalam kejernihan tanpa debu setitikpun, Dalam hening pendengaran bekerja lebih baik [lebih banyak memperolah sesuatu]. semua itu adalah pengetahuan "Kebijaksanaan".
Hindu lebih lanjut berbicara tentang beberapa prinsip etika universal yang berlaku untuk semua manusia terlepas dari peran dan posisi mereka dalam masyarakat atau tahap dalam hidup. Tindakan etis dilihat sebagai sarana membangun peradaban dan kesejahteraan sosial.
Hindu menekankan sifat relatif dari Dharma, dan tidak mengakui sesuatu yang mutlak sebagai hal yang baik atau jahat; jahat dapat digambarkan sebagai apa yang kurang baik. Salah satu tidak dapat menetapkan apa yang benar-benar baik atau jahat untuk semua orang di setiap saat.
Upaya untuk melakukan penghakiman oleh banyak orang dengan satu konsep Dharma atau memaksakan masyarakat atau individu pada suatu ide tunggal "kebenaran", justru akan melahirkan banyak ketidakadilan kemanusiaan.
Semua buah pikiran dan tindakan memiliki unsur-unsur ketidaksempurnaan di dalamnya. Dia harus mengikuti-Nya Dharma sendiri dan terus berproses. Dengan menjalankan tugasnya dengan penuh semangat dengan semata-mata bertujuan sebagai pelayanan dan bhakti tanpa menimbang-nimbang Pahala apalagi kehidupan di Surga lengkap dengan fasilitas kenikmatan dan kemewahan, namun yang pasti setiap pelayanan dapat dipastikan akan mengantarkan seseorang untuk menuju kesadaran.
UPANISHAD
Upanishad berarti 'duduk di dekat' [guru]. Guru menjelaskan kepada siswa-siswanya dan siswa-siswa yang duduk di kaki guru mereka. Upanishad pada dasarnya memberikan gambaran kepada kita tentang keselamatan oleh pengetahuan dan realisasi, bukan oleh iman yang bekerja. Egoisme dan ikatan keinginan merupakan hambatan untuk para pencari Kebenaran (Brahman). Pencarian Ketuhanan yang benar akan mencapai keselamatan. mereka yang menyadari Kebenaran bahwa Brahman meresapi segala yang ada, semua adalah wujud Brahman.
Mahavakyas yang menyatakan hal tersebut dari Upanishad yang memberikan wawasan dasar menjadi filsafat. Mereka adalah sebagai berikut dengan analisis singkat dari masing-masing:
Aham Brahmasmi "Aku Brahman ': pengetahuan Veda mengajarkan bahwa' Diri 'kita sendiri adalah perwujudan kebenaran. Kebenaran ada di dalam kita, itulah sejatinya realitas kita. Ini merupakan perwujudan dari kesadaran yang paling dalam dari individu dengan sang Ilahi (Realitas tertinggi).
Ayam Atma Brahma 'Diri adalah Brahman': ini berarti bahwa jiwa individu adalah perwujudan Tuhan (atman) sebagai Kebenaran Mutlak.
Tat Tvam Asi 'Aku adalah engkau': Apapun yang kita lihat atau pikirkan, sesungguhnya itulah kita. Aku adalah Engkau dan Aku terrepleksi didalam semua. Kita tak berbeda dengan mahluk lain, semua harus tunduk pada hukum kehidupan. Aku menyakitimu maka aku sedang menyakiti identitasku sendiri sebagai mahluk Ilahi, aku sedang mengoyak kemanusiaanku, moralitasku, cinta kasihku semuanya. Maka dari itu semuanya dari kita adalah memiliki kedudukan yang sama, nilai yang sama, peran yang sama. itulah prinsip keadilan Tuhan, itulah cinta Tuhan.
Prajnanam Brahma "Pengetahuan adalah Brahman ': kecerdasan Agung hadir inheren dalam diri kita dan akan mengantarkan kita ketika kembali kepada Tuhan. Pengertian kita tentang kebenaran adalah kebenaran itu sendiri.
Sarvam Kalvidam Brahma' Seluruh alam semesta adalah [perwujudan] Brahman': Bukan hanya kesadaran di dalam dirimu dan saya saja, tetapi juga 'prinsip menjadi' semua Ilahi. Seluruh alam semesta adalah Tuhan, yang meliputi diri kita. inilah spiritualitas tertinggi.
So'ham 'Inilah aku': ini menunjukkan perwujudan di Diri kita dalam sesuatu yang terjadi secara alamiah. seperti bernafas. "So 'adalah Nafas dan' Ham 'adalah suara alam pernafasan.
Semua hal yang dijelaskan diatas, menggabungkan diri kita ke dalam dan berasal dari kata 'Om (Aum)' atau kata Ilahi 'Saya adalah Semua'. Semua menunjukkan fakta bahwa apa pun atau bagaimanapun kita beribadah, baik itu foto, buku, ide atau bahkan Tuhan, itu adalah pengetahuan bahwa kebenaran ada di dalam diri kita yang pada akhirnya akan mengarah pada realisasi-diri [kebenaran itu sendiri]. Diri adalah Perwujudan kebenaran. Ini adalah inti dari Upanishad.
BHAGAVAD GITA
Gita adalah ekspresi tertinggi dari Filsafat Hindu. Gita mengajarkan bagaimana gambaran-gambaran tingkah laku manusia pada kita, kisah peperangan antara Pandawa dan Korawa [kebaikan dengan kejahatan]. Arjuna adalah pahlawan Pandawa yang menghadapi tentara Korawa di medan perang dari Kuruksetra. Lawan Arjuna bukanlah musuh yang ia tidak kenal melainkan teman-teman dan kerabatnya sendiri.
Arjuna dihinggapi keputus-asaan dan keraguan. Dia meletakkan busur dan menyatakan bahwa ia tidak akan mampu melawan apalagi harus membunuh saudara-saudaranya yang jahat.
Dewa Wisnu [Manifestasi Tuhan], menjelma menjadi kusir "Krishna", menjelaskan bahwa Arjuna harus melakukan tugas dan kewajibannya (Dharma) tanpa ragu dan harus melakukan pertempuran. Jiwa manusia, yang merupakan bagian dari jiwa universal, adalah abadi - oleh karena itu tidak ada yang benar-benar terbunuh. Jika orang melakukan tugas-tugas sesuai dengan Swadharmanya, tanpa mementingkan keinginan akan keberhasilan atau ketakutan akan kegagalan.
Epik Mahabaratha memberikan filosofi mendasar akan pilihan-pilhan hidup yang sulit dan pengambilan keputusan. Inti dari karma yoga adalah pengorbanan diri melalui tindakan nyata. segala tindakan [karma] dilakukan sebagai perwujudan bhakti kepada Tuhan dan ini membentuk dasar Karma yoga.
Bhagavad-Gita mengajarkan sebab-akibat dan efek dari karma dan bagaimana menjalaninya. Hal ini juga mengajarkan bahwa manusia memiliki kehendak bebas yang memungkinkan dia untuk membuat pilihan cerdas, yang pada gilirannya dapat mengubah buah karmanya. Tujuan akhir dari setiap manusia adalah untuk mengurangi karma buruk yang mungkin akan mempengaruhi kehidupannya dalam perjalanan sang jiwa selanjutnya. Tetapi, sekali lagi tak dibenarkan untuk mengikat diri kita kepada Tujuan pribadi, [keuntungan pribadi]. Berbuat kebenaran dan kebajikan tidak untuk mendapatkan pahala [hasil] melainkan hanya untuk kebaikan itu sendiri. manusia tak berhak menentukan Pahala [hasil] perbuatannya.
Sejatinya manusia adalah mahluk kebaikan [spiritual] dan sudah selayaknya hidup dalam kebaikan pula. Makna yajna adalah melayani, berkorban tanpa pamrih. memberi hanya untuk memberi saja, bukan mengharapkan "hadiah" swarga [Pahala baik, suka] atau mencegah Neraka [Pahala buruk, Duka]. Hukum kehidupan telah banyak menjelaskan bahwa suka selalu hadir bersama duka dalam diri manusia dengan kata lain suka itu tidaklah kekal.
Tuhan adalah sumber cahaya kesucian bagaikan Matahari tanpa pilih kasih, tanpa keraguan, tanpa kecemburuan. kita sering berbicara tentang kesadaran, pencerahan, hening, kejernihan atau apapun istilahnya. semuanya bermakna "Terang" [ ...dam Tuhan sumber Terang ]. Dalam terang akan mudah melihat apapun, dalam kejernihan tanpa debu setitikpun, Dalam hening pendengaran bekerja lebih baik [lebih banyak memperolah sesuatu]. semua itu adalah pengetahuan "Kebijaksanaan".
Hindu lebih lanjut berbicara tentang beberapa prinsip etika universal yang berlaku untuk semua manusia terlepas dari peran dan posisi mereka dalam masyarakat atau tahap dalam hidup. Tindakan etis dilihat sebagai sarana membangun peradaban dan kesejahteraan sosial.
Hindu menekankan sifat relatif dari Dharma, dan tidak mengakui sesuatu yang mutlak sebagai hal yang baik atau jahat; jahat dapat digambarkan sebagai apa yang kurang baik. Salah satu tidak dapat menetapkan apa yang benar-benar baik atau jahat untuk semua orang di setiap saat.
Upaya untuk melakukan penghakiman oleh banyak orang dengan satu konsep Dharma atau memaksakan masyarakat atau individu pada suatu ide tunggal "kebenaran", justru akan melahirkan banyak ketidakadilan kemanusiaan.
Semua buah pikiran dan tindakan memiliki unsur-unsur ketidaksempurnaan di dalamnya. Dia harus mengikuti-Nya Dharma sendiri dan terus berproses. Dengan menjalankan tugasnya dengan penuh semangat dengan semata-mata bertujuan sebagai pelayanan dan bhakti tanpa menimbang-nimbang Pahala apalagi kehidupan di Surga lengkap dengan fasilitas kenikmatan dan kemewahan, namun yang pasti setiap pelayanan dapat dipastikan akan mengantarkan seseorang untuk menuju kesadaran.